Desa Kreatif Jagabita

Desa Jagabita terletak di Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, dan merupakan bagian dari empat desa yang masuk dalam program Desa Kreatif, bersama dengan Desa Cibunar, Gintung Cilejet, dan Lumpang. Secara geografis, Desa Jagabita memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama kebun bambu tali yang mendominasi lanskapnya. Bambu tali ini menjadi sumber daya utama bagi masyarakat dalam mengembangkan produk kreatif seperti anyaman besek, pengki, dan boboko, yang dihasilkan melalui keterampilan lokal yang diwariskan turun-temurun. Selain potensi dari bambu, Desa Jagabita juga memiliki lahan holtikultura yang subur, serta aliran sungai yang memberikan peluang untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata alam.

Secara demografis, Desa Jagabita mayoritas dihuni oleh masyarakat beragama Islam dengan suku Sunda sebagai kelompok etnis dominan. Namun, keberadaan perumahan di wilayah ini telah menciptakan keberagaman etnis dan agama, meskipun mayoritas populasi tetap berasal dari suku Sunda. Desa Jagabita juga terkenal dengan budaya gotong royong yang kuat, di mana masyarakatnya masih menjunjung tinggi semangat kebersamaan dan saling membantu dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi antarwarga terjalin dengan baik, meski keterlibatan generasi muda dalam kegiatan sosial masyarakat masih relatif rendah.

Dari sisi sosial budaya, Desa Jagabita memiliki komunitas yang aktif dalam mengolah berbagai sumber daya alam menjadi produk kreatif. Selain pengrajin anyaman bambu, masyarakat juga terlibat dalam pengolahan sampah plastik menjadi produk bernilai guna, serta mengolah limbah bambu menjadi media tanam. Keberadaan kebun bambu dan berbagai tanaman holtikultura di desa ini menjadi ciri khas yang membedakan Jagabita dari desa-desa lain. Namun, meskipun potensi ini telah diidentifikasi dan mulai dikembangkan, kesadaran masyarakat akan nilai ekonomi dari industri kreatif masih perlu ditingkatkan.

Dari segi infrastruktur, Desa Jagabita telah mengalami perbaikan jalan utama dan jalan alternatif, meskipun fasilitas penunjang seperti internet dan aksesibilitas masih terbatas. Upaya pengembangan ekonomi kreatif di desa ini juga didukung oleh berbagai program CSR dari BUMN, yang memberikan pendampingan teknis dan pelatihan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) serta strategi pemasaran, yang menargetkan pasar regional hingga nasional. Namun, kelembagaan formal untuk usaha kreatif masih dalam proses legalisasi, dan desa ini masih membutuhkan lebih banyak dukungan untuk pengembangan sarana prasarana yang memadai, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk mengoptimalkan potensi desa kreatif.